Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

PESAN SEKARANG

Iklan

desain bayar seikhlasnya

Tag Terpopuler

Kisah Seorang Petani dan Seekor Tikus: Sebuah Metafora tentang Kepedulian

Jumat, 04 April 2025 | 20:52 WIB | 0 Views
DAFTAR SEKARANG
Seekor tikus kecil, dengan mata jeli dan bulu halus, memata-matai dari balik lubang di dinding rumah petani. 
Ia menyaksikan pemandangan yang membuatnya bulu kuduknya merinding. Petani, dengan wajah tegang, membuka sebuah bungkusan di hadapan istrinya. Di dalamnya tersimpan sebuah perangkap tikus, perangkap baja yang mengkilat dan mengancam.  Ketakutan membayangi hati tikus kecil itu.  Ia tahu, bahaya mengintai.

Tanpa ragu, tikus itu berlari secepat kilat, jantungnya berdebar kencang. Ia harus memperingatkan penghuni lain di sekitar rumah petani.  Ia berlari melewati ladang, melewati semak-semak, sampai akhirnya ia mencapai ayam yang sedang asyik mematuk-matuk tanah.

"Ada perangkap tikus di rumah petani!" seru tikus itu dengan suara panik.
 
Ayam itu, sibuk dengan makanannya, hanya mengangkat kepalanya sejenak. "Ah, kasihan sekali kau, Tikus kecil," katanya dengan nada datar, "tapi itu bukan urusan saya.  Saya sibuk mencari makan."  Lalu ia kembali melanjutkan aktivitasnya.
 
Kecewa, tikus itu melanjutkan perjalanannya.  Ia mencari anak domba yang biasanya merumput di dekat kandang.  Ia menyampaikan peringatan yang sama, namun anak domba itu hanya menjawab dengan acuh tak acuh. "Maaf, Tikus kecil," katanya, "tapi saya tidak peduli dengan perangkap tikus itu.  Saya sibuk menikmati rumput yang lezat ini."

Tikus kecil itu semakin putus asa.  Ia berharap mendapatkan bantuan dari sapi yang besar dan kuat.  Ia menghampiri sapi itu, menyampaikan pesan yang sama.  Namun, sapi itu hanya mendengus. "Perangkap tikus?  Itu bukan masalahku," katanya dengan nada meremehkan.  "Aku terlalu sibuk mengunyah rumput untuk mengkhawatirkan hal-hal kecil seperti itu."
 
Hati tikus kecil itu hancur.  Peringatannya diabaikan oleh semua makhluk yang ditemuinya.  Ia kembali ke rumahnya dengan perasaan putus asa.  Malam itu, keheningan rumah petani tiba-tiba pecah oleh bunyi klik yang nyaring.  Perangkap tikus telah terpasang.

Dengan hati-hati, tikus itu mengintip.  Ia melihat sesuatu yang mengerikan.  Bukan tikus yang terjebak, melainkan seekor ular berbisa yang besar dan berbahaya.  Ekor ular itu terjepit kuat di perangkap.  Meski terluka parah, ular itu masih mampu menggeliat-geliat dengan ganas.  Dan yang lebih mengerikan lagi, ular itu berhasil menggigit istri petani.
 
Istri petani langsung jatuh sakit parah akibat gigitan ular berbisa itu.  Petani, yang panik, berusaha sekuat tenaga untuk menyelamatkan istrinya.  Ia menyiapkan kaldu ayam panas untuk membantu penyembuhan istrinya.  Sayangnya, ayam peliharaan mereka harus disembelih untuk membuat kaldu tersebut.
 
Kondisi istri petani tidak membaik.  Tetangga-tetangga datang menjenguk, dan untuk menghormati mereka, petani terpaksa menyembelih anak domba yang selama ini menjadi teman bermain anak-anaknya.  Namun, semua upaya itu sia-sia.  Istri petani akhirnya meninggal dunia.
 
Kesedihan yang mendalam menyelimuti petani.  Untuk membiayai pemakaman istrinya, ia terpaksa menjual sapi kesayangannya yang selama ini menjadi sumber penghasilan utama keluarganya.  Kehilangan istri, ayam, domba, dan sapi, membuat petani jatuh miskin.
 
Kisah ini bukanlah sekadar cerita tentang tikus dan perangkap.  Ia adalah sebuah metafora yang mendalam tentang pentingnya kepedulian dan kesadaran akan konsekuensi dari tindakan atau ketidakpedulian kita.  Sikap acuh tak acuh ayam, anak domba, dan sapi terhadap peringatan tikus kecil itu berdampak buruk bagi mereka semua.  Mereka mengira masalah tikus itu tidak akan berpengaruh pada mereka, namun pada akhirnya, masalah itu berdampak besar dan membawa malapetaka bagi mereka semua.
 
Pesan moral dari cerita ini sangat jelas:  Jangan pernah mengabaikan masalah orang lain, sekecil apa pun masalah itu.  Setiap kesulitan, setiap peringatan, perlu diperhatikan dan ditanggapi dengan serius.  Karena apa yang tampak sebagai masalah kecil bagi kita, bisa saja berdampak besar bagi orang lain, dan pada akhirnya, berdampak pula pada diri kita sendiri.  Kepedulian dan empati adalah nilai-nilai yang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat.  Dengan saling membantu dan saling peduli, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih aman, lebih harmonis, dan lebih baik bagi semua orang.  Seperti pepatah lama mengatakan, "Siapa yang tidak hidup untuk melayani, tidak ada gunanya untuk hidup."  Dunia menderita bukan hanya karena kejahatan orang-orang jahat, tetapi juga karena apatis dan ketidakpedulian orang-orang baik.  Mari kita tumbuhkan empati dan kepedulian, karena membantu orang lain pada akhirnya juga membantu diri kita sendiri.

Iklan

DAFTAR SEKARANG
×
Berita Terbaru Update
banner